iSen9 bEuD

iSen9 bEuD

i LoVe IsLam

i LoVe IsLam

my twetty

my twetty
be mine

Minggu, 04 April 2010

FLU BURUNG

Flu burung (bahasa Inggris: avian influenza) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang biasanya menjangkiti burung dan mamalia.

Sumber penularan

Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.

Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.

Cara penularan
Citra mikrograf virus flu burung dalam tahap akhir.[1]

Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.

Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.

Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.

Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.

Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya!

Gejala dan perawatan

Gejala umum yang dapat terjadi adalah demam tinggi, keluhan pernafasan dan (mungkin) perut. Replikasi virus dalam tubuh dapat berjalan cepat sehingga pasien perlu segera mendapatkan perhatian medis.

Penanganan medis maupun pemberian obat dilakukan oleh petugas medis yang berwenang. Obat-obatan yang biasa diberikan adalah penurun panas dan anti virus. Di antara antivirus yang dapat digunakan adalah jenis yang menghambat replikasi dari neuramidase (neuramidase inhibitor), antara lain Oseltamivir (Tamiflu) dan Zanamivir. Masing-masing dari antivirus tersebut memiliki efek samping dan perlu diberikan dalam waktu tertentu sehingga diperlukan opini dokter.

Kasus penyebaran

Pada 21 Juli 2005, tiga kasus fatal terjadi di Tangerang, Indonesia, yang disebabkan oleh flu burung subtipe H5N1. Berbeda dengan kasus lainnya di Asia Tenggara (Thailand, Kamboja, dan Vietnam), kasus ini dianggap unik karena korban tidak banyak berhubungan dengan unggas.

Hingga 6 Juni 2007, WHO telah mencatat sebanyak 310 kasus dengan 189 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut (lihat sumber):

* Flag of Indonesia.svg Indonesia — 99 kasus dengan 79 kematian.
* Flag of Vietnam.svg Vietnam — 93 kasus dengan 42 kematian.
* Flag of Egypt.svg Mesir — 34 kasus dengan 14 kematian.
* Flag of Thailand.svg Thailand — 25 kasus dengan 17 kematian.
* Flag of the People's Republic of China.svg Republik Rakyat Cina — 25 kasus dengan 16 kematian.
* Flag of Turkey.svg Turki — 12 kasus dengan 4 kematian.
* Flag of Azerbaijan.svg Azerbaijan — 8 kasus dengan 5 kematian.
* Flag of Cambodia.svg Kamboja — 7 kasus dengan 7 kematian.
* Flag of Iraq.svg Irak — 3 kasus dengan 2 kematian.
* Flag of Laos.svg Laos — 2 kasus dengan 2 kematian.
* Flag of Nigeria.svg Nigeria — 1 kasus dengan 1 kematian.
* Flag of Djibouti.svg Djibouti — 1 kasus tanpa kematian.

Keterangan: jumlah kasus yang dilaporkan WHO adalah jumlah kasus yang telah diverifikasi dengan hasil laboratorium.

Awal wabah

Awal wabah pada peternakan di dunia yang telah dikonfirmasi sejak Desember 2003.

Wabah flu burung juga melanda benua Afrika. Pada 8 Februari 2006, OIE mengumumkan Nigeria sebagai negara pertama yang memiliki kasus positif flu burung di benua itu. Dua pekan kemudian, virus H5N1 ditemukan di sebuah desa kecil di Niger, sekitar 72 km dari perbatasannya dengan Nigeria. Virus ini juga menyebar ke Mesir dan Kamerun.
Desember 2003 Korea Selatan H5N1
Januari 2004 Vietnam H5N1
Thailand H5N11
Korea Utara H5N1
Jepang H5N1
Laos H5
Kamboja H5N1
Pakistan H7
Taiwan H5N2
Hongkong2 H5N11
Februari 2004 Vietnam H5N1
Indonesia H5N11
Korea Utara H5N11
Jepang H5N11
RRC H5N11
Amerika Serikat H2N2,H5N2,H7N2
Maret 2004 Vietnam H5
Kanada H7N31
April 2004 Thailand H51
Agustus 2004 Malaysia H5N1
Afrika Selatan H5N2
April 2005 Korea Utara H7
Juni 2005 Jepang H5N2
Juli 2005 Filipina H5
Rusia H5N11
Agustus 2005 Kazakhstan H5
Mongolia H5N11
Oktober 2005 Rumania H5
Turki H5N11
Kroasia H5N11
November 2005 Vietnam H5N11

Keterangan 1 - Flu burung patogenik tinggi (Highly Pathogenic Avian Influenza) (HPAI)

(Sumber: http://www.info.gov.hk/info/flu/eng/global.htm)

SUMBER : http://id.wikipedia.org/wiki/Flu_burung

Pasien Flu Burung Meninggal


Ditulis Oleh Admin
Senin, 27 Agustus 2007
Satu lagi pasien flu burung meninggal dunia di Rumah Sakit Sanglah, Denpasar, Bali. Ketut Sari Asih (42), warga Jalan Yudistira, Denpasar, meninggal Sabtu, 25 Agustus pukul 20.00 WITA. Tim Dokter RS Sanglah menyatakan, Sari Asih hanya sempat dirawat di ruang isolasi penanganan flu burung Nusa Indah sekitar lima jam. Kami sudah maksimal melakukan penanganan intensif di ruang isolasi, tetapi perkembangan dari kondisi almarhumah begitu cepat dan akhirnya meninggal. Gejalanya mirip dengan flu burung, yakni infeksi di paru-paru.” Demikian kata ketua Tim Penanganan Flu Burung RS Sanglah, dr. Putu Andrika SpPD.
Sari Asih adalah korban ketiga yang meninggal karena diduga flu burung di RS Sanglah. Korban sebelumnya adalah Ni Luh Putu Sri Widiantari (29), warga Jembrana, dan Ayu Srinadhi (28), warga Tabanan, Bali. Dua korban meninggal itu sudah dinyatakan positif terkena virus H5N1. Adapun sampel darah Sari Asih masih diperiksa di Laboratorium Departemen Kesehatan, Jakarta.
Menurut keternagan dokter, Sari Asih tidak memiliki kontak langsung dengan ungggas. Pihak keluarga heran dan menyatakan belum menelusuri apakah ada unggas milik tetangga yang mati mendadak. Andrika menilai, korban terlambat dibawa ke RS. [kompas]

SUMBER : www.vet-indo.com

Angka Kematian Pasien Flu Burung di Indonesia Tinggi


Rabu, 15 Februari, 2006 oleh: Siswono
Angka Kematian Pasien Flu Burung di Indonesia Tinggi
Gizi.net - Angka kematian pasien flu burung (Avian influenza, AI) di Indonesia tergolong sangat tinggi. Angka kematainnya mencapai 69,56 persen. ''Angka itu berada di atas rata-rata kematian pasien Flu Burung di Dunia yang mencapai 53,3 persen,'' ungkap dr Tjandra Yoga Aditama SpP(K) DTM&H MARS dari Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), akhir pekan lalu.

Berbicara di 'Pertemuan Ilmiah Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (PIPKRA) IV', dr Tjandra menyebut Vietnam sebagai negara yang mempunyai pasien flu burung terbanyak (93 orang), tapi pasien yang meninggal 42 orang. Di Thailand terdapat 22 penderita flu burung dan 14 di antaranya meninggal dunia. Jumlah pasien di Indonesia yang positif flu burung baru 26 orang, dan yaang meninggal 18 orang.

Senin (13/2) kemarin, pemerintah menyatakan pembeentukan satuan khusus untuk meningkatkan usaha pemberantasan dan penanggulangan flu burung. ''Selama ini sudah ada, tapi orang-orangnya tidak fokus karena mereka tidak punya waktu cukup banyak untuk memberantas AI,'' ujar Menteri Pertanian, Anton Apriyantono, di sela-sela rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Senin (13/2). Tim baru ini, lanjutnya, akan menggunakan orang-orang khusus untuk menangani AI.

Satuan khusus ini terdiri dari delapan orang Indonesia ditambah tiga orang dari luar negeri (WHO dan OIE). ''Jumat ini nama-namanya akan diserahkan kepada saya,'' paparnya.

Mentan menilai banyak hal yang perlu diperbaiki dalam penanganan AI di Indonesia. Pertama adalah sistem pelaporan AI yang belum baik sehingga kerap kali terlambat. Selain itu, laporan yang ada selama ini juga kurang jelas. ''Kita harus perbaiki laporan-laporannya, SOP-nya juga harus lebih detail,'' imbuhnya.

Meninggal

Satu lagi pasien suspect (diduga) flu burung meninggal dunia. Ahmad Ubaidillah (27 tahun), meninggal dunia Ahad (13/2) malam, sekitar pukul 21.00 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Jakarta Selatan. Sebelum meninggal di ruang ICU RS Fatmawati, Ubaidillah sempat dibawa ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso. Karena kondisinya semakin memburuk dia dibawa kembali ke RS Fatmawati.

Sumber: http://www.republika.co.id